Selasa, 13 Agustus 2019

Fungsi Sosiologi Untuk Mengkaji Gejala Sosial di masyarakat

Pertemuan ke 4                                                                                                                                           KD1 -4.1
Jumlah Pertemuan 4 X 3 JP
Materi :  Konsep Dasar Sosiologi Untuk Mengkaji Gejala Sosial
Kls X IPS 2

Materi :

Fungsi Sosiologi Untuk Mengkaji Gejala Sosial di Masyarakat

BAHAN AJAR SOSIOLOGI
KELAS X

KOMPETENSI DASAR
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
3.1
Memahami pengetahuan dasar Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berfungsi untuk mengkaji gejala sosial di masyarakat.
3.1.1.
Mengidentifikasi konsep dasar sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji gejala sosial yang ada di masyarakat

3.1.2
Menjelaskan Teori  dan objek kajian sosiologi sebagai sebuah ilmu pengetahuan

3.1.3.
Menyimpulkan hakikat sosiologi sebagai ilmu

3.1.4.
Merumuskan fungsi sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji gejala sosial di masyarakat
4.1.
Menalar suatu gejala sosial di lingkungan sekitar dengan menggunakan pengetahuan sosiologis.
4.1.1.
Mengamati dan mendiskusikan berbagai gejala sosial yang ada di masyarakat dari sudut pandang sosiologi

4.1.2.
Mempresentasikan hasil pengamatan tentang berbagai gejala sosial yang ada di masyarakat

A.    Konsep Dasar Sosiologi
1.      Pengertian Sosiologi
2.      Teori Sosiologi
3.      Objek Kajian Sosiologi
4.      Hakikat Sosiologi Sebagai Ilmu
5.      Hubungan Sosiologi dan Gejala Sosial
B.     Fungsi dan Manfaat Sosiologi Sebagai Ilmu yang Mengkaji

 A.    Konsep Dasar Sosiologi
1.      Pengertian Sosiologi
Apa itu sosiologi? Setelah merenungkan mengenai kerja bakti yang ada di lingkungan masyarakat serta tindakan tolong menolong antar masyarakat membuat kita sedikit mengetahui mengenai sosiologi. Pernahkah terlintas dibenak kalian ketika manusia hanya hidup sendiri tanpa ada orang lain disekitarnya, apa yang akan terjadi? Ya tentunya akan sangat sulit ketika kita hidup sendiri tanpa bantuan dan tanpa adanya interaksi dengan orang lain. Manusia itu adalah mahluk yang unik karena berbeda satu sama lain, bahkan manusia yang memiliki kembar identikpun pasti memiliki perbedaan, baik perbedaan fisik, perilaku, kemampuan, dan lain sebainya.

Pernahkah kamu berpikir mengapa setiap orang mempunyai perilaku yang berbeda-beda? Mengapa orang melakukan hubungan dengan orang lain? Jika kita mau melihat masyarakat lebih kritis, terdapat tingkatan-tingkatan di dalamnya. Inilah sosiologi. Dengan kata lain, asal mula terbentuknya sosiologi atas dasar keinginan untuk memahami manusia itu sendiri dari segi sosialnya (masyarakat). Istilah sosiologi berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata sociusdan logos (Soerjono Soekanto: 1990). Socius artinya teman atau kawan dapat juga diartikan sebagai pergaulan hidup manusia atau masyarakat dan logos artinya berbicara, mengajar atau ilmu. Dengan demikian, secara sederhana sosiologi berarti ilmu tentang hubungan antarteman. Secara umum, sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat.

sosiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi manusia di dalam masyarakat.
 Sosiologi bermaksud untuk mengkaji kejadian-kejadian dalam masyarakat, yaitu persekutuan manusia yang selanjutnya berusaha untuk mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama.

Istilah sosiologi pertama kali digunakan Auguste Comte untuk mempelajari keadaan masyarakat Eropa pada saat itu.

Sosiologi sebagai ilmu mulai dikenal sejak abad ke-19 dengan melepaskan diri dari filsafat. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antarmanusia dalam kehidupan. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk, tumbuh, dan berubahnya kumpulan-kumpulan manusia yang hidup bersama itu, serta kepercayaan, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap persekutuan hidup manusia.

 sosiologi merupakan ilmu masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau masyarakat (tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan atau masyarakat), serta ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agama, tingkah laku, dan kesenian atau kebudayaan masyarakat tersebut.

                                                                                                  Teori – Teori Sosiologi

                       a.Auguste Comte
Auguste Comte. Auguste Comte  (nama panjangnya Isidore Marie Auguste François Xavier Comte) lahir pada tanggal 19 januari 1798 di Kota Montpellier di Perancis Selatan (Pickering, 1993: 7).

sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga sosial.

Sebagai  social dynamics, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari perkembangan lembaga-lembaga sosial yang ada di tengah tengah masyarakat.

                              Tahap-tahap pemikiran manusia  menurut  August  Comte yaitu :

      1)    Tahap teologis
Pada tahap teologis ini, manusia percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala alam. Kuasa-kuasa ini dianggap sebagai makhluk yang memiliki rasio dan kehendak seperti manusia. Tetapi orang percaya bahwa mereka berada pada tingkatan lebih tinggi dari pada makhluk-makhluk selain insani. Pada tahap ini masyarakat mempercayai kekuatan Tuhan, Roh, dan Dewa-Dewa
Contoh: Sebagaian masyarakat Indonesia masih percaya denagan kekuatan-kakuatan ghaib. Misalnya kepercayaan masyarakat jawa akan Nyi Roro Kidul dan penunggu Gunung Merapi.

      2)   Tahap metafisis
Pada tahap ini pengetahuan manusia berdasar pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip abstrak yang menggantikan kedudukan kuasa-kuasa adikodrati. Tahap ini bisa juga disebut sebagai tahap transisi dari pemikiran Comte. Tahapan ini sebenarnya hanya merupakan varian dari cara berpikir teologis, karena di dalam tahap ini dewa-dewa hanya diganti dengan kekuatan-kekuatan abstrak, dengan pengertian atau dengan benda-benda lahiriah, yang kemudian dipersatukan dalam sesuatu yang bersifat umum, yang disebut dengan alam. Terjemahan metafisis dari monoteisme itu misalnya terdapat dalam pendapat bahwa semua kekuatan kosmis dapat disimpulkan dalam konsep “alam”, sebagai asal mula semua gejala.
Pada tahap metafisik manusia mempercayai kekuatan alam tanpa pembuktian Ilmiah Manusia belum berusaha untuk mencari sebab dan akibat gejala-gejala.
Contoh: percaya kepada batu besar, pohon, dan lain sebagainya
      3)     Tahap positif
Tahap positifis yaitu tahap dimana pengetahuan manusia berdasar atas fakta-fakta. Pengetahuan positif adalah pengetahuan tertinggi kebenarannya yang dicapai manusia. Pada tahap ini manusia telah sanggup untuk berfikir secara ilmiah. Pada tahap ini berkembanglah ilmu pengetahuan.
                              b.      Herbert Spencer

b.      Herbert Spencer
Tokoh selanjutnya yang akan kita bahas adalah Herbert Spencer. Spencer lahir pada 27 April 1820 di kota kecil Derbyshire, Midland, Inggris. Sebagai anak tunggal seorang guru sekolah. Herbert Spencer, mengetengahkan sebuah teori tentang “evolusi sosial”, yang hingga kini masih dianut walaupun di sana-sini ada perubahan. Iamenerapkan secara analog teori Darwin mengenai “teori evolusi” terhadap masyarakatmanusia. la yakin bahwa masyarakat mengalami evolusi dari masyarakat primitif kemasyarakat industri.



b.      Herbert Spencer
Tokoh selanjutnya yang akan kita bahas adalah Herbert Spencer. Spencer lahir pada 27 April 1820 di kota kecil Derbyshire, Midland, Inggris. Sebagai anak tunggal seorang guru sekolah. Herbert Spencer, mengetengahkan sebuah teori tentang “evolusi sosial”, yang hingga kini masih dianut walaupun di sana-sini ada perubahan. Iamenerapkan secara analog teori Darwin mengenai “teori evolusi” terhadap masyarakatmanusia. la yakin bahwa masyarakat mengalami evolusi dari masyarakat primitif kemasyarakat industri.

Soekanto (1990:484-485) mendefinisikan evolusi sebagai serentetan perubahan kecil secara pelan-pelan dan kumulatif yang terjadi dengan sendirinya dan memerlukan waktu lama. Evolusi dalam masyarakat adalah serentetan perubahan yang  terjadi karena usaha-usaha masyarakat tersebut untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Perubahan ini tidak harus sejalan dengan rentetan  peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan.

Menurut Soekanto (1990:345-347), teori tentang evolusi dapat dikategorikan dalam  tiga kategori:
1)      Unilinear theories of evolution.
Teori ini berpendapat bahwa manusia  dan masyarakat (termasuk kebudayaannya) mengalami perkembangan melalui tahapan tertentu, mulai dari bentuk sederhana menuju ke yang lebih kompleks (madya dan modern) dan akhirnya menjadi sempurna (industrial, sekuler). Pelopor teori ini antara lain adalah August Comte dan  Herbert Spencer. Variasi teori ini adalah Cyclical theoriesyang dipelopori oleh Vilfredo Pareto dengan mengatakan bahwa masyarakat dan kebudayaan mempunyai tahap-tahap perkembangan yang merupakan lingkaran yang pada tahap tertentu dapat dilalui berulang-ulang. Pendukung teori ini adalah Pitirim A. Sorokin yang mengemukakan teori dinamika sosial dan kebudayaan. Menurut Sorokin, masyarakat berkembang melalui tahap kepercayaan, tahap kedua dasarnya adalah indera manusia, dan tahap terakhir dasarnya adalah kebenaran.
2)      Universal theory of evolution.
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap perkembangan tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu. Spencer mengemukakan prinsip-prinsipnya yaitu antara lain mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan sifat maupun  susunannya dari kelompok homogen ke kelompok yang heterogen.
3)      Multilined theories of evolution.
Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang pengaruh sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian kekeluargaan dalam masyarakat.

Tahap-tahap dalam proses evolusi sosial dengan tipe-tipe masyarakat, dibagi oleh Spencer menjadi tiga bagian sebagai berikut.
1)      Tipe Masyarakat Primitif


Pada masyarakat primitif dikatakan bahwa belum ada diferensiasi dan spesialisasi fungsional. Pembagian kerja masih sedikit. Hubungan kekuasaan belum jelas terlihat. Masyarakat dengan tipe ini sangat tergantung kepada lingkungan. Kerja sama sudah terjadi dengan spontan dan didukung oleh hubungan kekeluargaan.
2)      Tipe Masyarakat Militan
Pada masyarakat militan ini, heterogenitas sudah mulai meningkat karena bertambahnya jumlah penduduk atau karena penaklukan. Hal yang penting ialah koordinasi tugas-tugas yang dikhususkan, dilakukan dengan paksaan. Cara ini memerlukan sistem-sistem atau bagian-bagian yang dapat mengatur dirinya sendiri. Kerja sama yang tidak sukarela ini dijamin keberlangsungannya oleh seorang pemimpin, kemudian oleh negara secara nasional. Pengendalian oleh negara terbatas pada produksi, distribusi, dan pada bidang-bidang kehidupan.
3)      Tipe Masyarakat Industri
Pada masyarakat industri bercirikan suatu tingkat kompleksitas yang sangat tinggi, yang tidak lagi dikendalikan oleh kekuasaan negara. Sebagai penggantinya masyarakat mengendalikan diri sendiri, seperti hak menentukan diri sendiri, kerja sama sukarela, dan keseimbangan berbagai kepentingan. Kondisi ini mengakibatkan individualisasi yang ditandai dengan berkurangnya campur tangan pemerintah daerah.

 .      C.  Emile Durkheim
Durkheim, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta sosial. Tahukah kamu apakah fakta sosial itu? Fakta sosial adalah setiap cara bertindak yang telah baku ataupun tidak, yang dapat melakukan pemaksaan terhadap individu. Fakta sosial bersifat eksternal terhadap individu. Fakta sosial bisa berupa cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang memperlihatkan ciri-ciri tertentu yang berada di luar kesadaran individu. Fakta sosial bersifat umum, dalam arti tersebar merata dan menjadi milik kolektif, bukan sekadar hasil penjumlahan beberapa fakta individu.

Contohnya hukum, adat istiadat, dan cara berpakaian.

Durkheim membagi tipe  bunuh diri ke dalam 4 macam :
1)      Bunuh diri Egoistis
Tingginya angka bunuh diri egoitis dapat ditemukan dalam masyarakat atau kelompok dimana individu tidak berinteraksi dengan baik dalam unit sosial yang luas . Lemahnya integrasi ini melahirkan perasaan bahwa individu bukan bagian dari masyarakat ,
2)      Bunuh Diri Altruistis
Terjadi ketika intergrasi sosial yang sangat kuat, secara harfiah dapat di katakan individu terpaksa melakukan bunuh diri. Salah satu contohnya adalah bunuh diri massal dari pengikut pendeta Jim Jones di jonestown, Guyana pada tahun 1978. Contoh lain bunuh diri di jepang (harakiri).
3)      Bunuh Diri Anomic
Bunuh diri ini terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat terganggu. Gangguan tersebut mungkin akan membuat individu merasa tidak puas karena lemahnya kontrol terhadap nafsu mereka, yang akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak pernah puas terhadap kesenangan. Bunuh diri ini terjadi ketika menempatkan orang dalam situasi normal lama tidak berlaku lagi sementara norma baru di kembangkan (tidak ada pegangan hidup).
4)      Bunuh Diri Fatalistis
Bunuh diri ini terjadi ketika regulasi meningkat. Durkheim menggambarkan seseorang yang mau melakukan bunuh diri ini seperti seseorang yang masa depannya telah tertutup dan nafsu yang tertahan oleh disiplin yang menindas. Contoh: perbudakan.

     D Max Weber
Max Weber juga mengemukakan teori verstehenyang sangat terkenal. Baginya, sosiologi adalah ilmu yang memiliki kelebihan daripadailmuan alam. Kelebihan tersebut terletak pada kemampuan sosiolog untuk memahami fenomena sosial, sementara ilmuan alam tidak dapat memperoleh pemahaman serupa tentang perilaku atom atau ikatan kimia. Kata pemahaman dalam bahasa Jerman adalahverstehen.

e.       Karl Marx

teorinya mengenai kelas sosial yang tertuang dalam tulisannya yang berjudul The Communist Manifest yang ditulis bersama Friedrich Engels. Marx berpandangan bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas. Menurut Marx perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda, yaitu kelas borjuis (majikan) terdiri dari orang-orang yang menguasai alat produksi dan kelas proletar (buruh) yang tidak memiliki alat produksi dan modal sehingga menjadi kelas yang dieksploitasi oleh kelas borjuis (majikan). Menurut Marx, suatu saat kelas proletar akan menyadari kepentingan bersama dengan melakukan pemberontakan dan menciptakan masyarakat tanpa kelas. Meskipun ramalan Marx tidak pernah terwujud tetapi pemikiran tentang stratifikasi dan konflik sosial tetap berpengaruh terhadap pemikiran perkembangan sosiologi khususnya terkait dengan kapitalisme.

                                                         Objek Kajian Sosiologi
Sebagai bagian dari ilmu sosial, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari hubungan antarmanusia dan proses yang timbul akibat dari hubungan tersebut. Fokus utama sosiologi dari objek masyarakat tersebut adalah gejala, proses pembentukan, serta mempertahankan kehidupan masyarakat, juga proses runtuhnya sistem hubungan antarmanusia. Dengan demikian, objek sosiologi terbagi atas dua kategori, yaitu objek material dan objek formal.
Objek material sosiologi adalah kehidupan sosial manusia dan gejala serta proses hubungan antarmanusia yang memengaruhi hubungan sosial dalam kesatuan hidup manusia. Objek formalnya meliputi:
       a.       pengertian tentang sikap dan tindakan manusia terhadap lingkungan hidup manusia dalam kehidupan sosialnya melalui penjelasan ilmiah;
       b.      meningkatkan keharmonisan dalam hidup bermasyarakat;
       c.       meningkatkan kerja sama antarmanusia.

                                          Hakikat Sosiologi Sebagai Ilmu

Apabila kita berbicara mengenai ilmu pengetahuan, apa yang terlintas dalam pikiranmu? Suatu mata pelajaran. Memang tidak dapat dipungkiri dari sekian banyak mata pelajaran yang kita pelajari di sekolah adalah ilmu pengetahuan. Ini berarti ilmu pengetahuan yang ada di dunia jumlahnya sangat banyak. Lantas, dari sekian banyak ilmu pengetahuan yang berkembang, bagaimana kita mempelajarinya? Para ahli telah memikirkan semua itu, sehingga dibuatlah pengelompokan ilmu pengetahuan. Pengelompokan tersebut secara umum yaitu ilmu pengetahuan yang didasarkan atas objek atau bidang kajian dan didasarkan pada tujuan pengkajiannya. Ilmu pengatahuan yang didasarkan atas objek atau bidang kajian antara lain, ilmu pengetahuan alam (natural sciences), ilmu pengetahuan sosial (social sciences),dan ilmu pengetahuan budaya (humanistics study). Sementara Ilmu pengatahuan yang didasarkan pada tujuan pengkajiannya dikelompokkan menjadi ilmu murni (pure sciences)dan ilmu terapan 
(applied sciences).

    Menurut para ahli, syarat ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:
       a.       Kumpulan pengetahuan (knowledge).
       b.      Tersusun secara sistematis.
       c.       Menggunakan pemikiran (logis dan rasional).
       d.      Terbuka terhadap kritik (objektif).
karakteristik (ciri-ciri) keilmuan sosiologi sebagai berikut:
       a.       Sosiologi bersifat empiris, artinya sosiologi itu mendasarkan diri pada observasi dan penalaran, bukan atas dasar wahyu atau hasil spekulasi.
       b.      Sosiologi bersifat teoritis, artinya sosiologi berusaha memberi ikhtisar (summary) yang menunjukkan hubungan pernyataan atau proporsi-proporsi secara logis.
       c.       Sosiologi bersifat kumulatif, artinya teori-teori sosiologi dibangun atas dasar teori yang sudah ada. Teori-teori baru yang lebih besar dan luas, pada dasarnya merupakan penyempurnaan teori-teori yang sudah ada.
       d.      Sosiologi bersifat nonetis, artinya sosiologi bukan ajaran tentang tata susila. Para sosiolog tidak membicarakan apakah suatu tingkah laku sosial itu baik atau buruk. Tugas seorang sosiolog adalah mengungkap atau menerangkan tindakan sosial sebagai fakta sosial.

       Sifat hakikat sosiologi sebagai berikut:
      a.    Sosiologi merupakan ilmu sosial bukan merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian.
      b.    Sosiologi bersifat kategoris dan bukan normatif, artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya.
      c.     Sosiologi merupakan ilmu murni dan bukan merupakan ilmu pengetahuan terapan.

       Hubungan Sosiologi dan Gejala Sosial (Realitas Sosial)
Tahukah kalian apa hubungan antara sosiologi dengan gejala sosial? Kalian pasti bertanya-tanya apa itu gejala sosial? Sebelum kita membahas mengenai gejala sosial, terlebih dahulu kita akan membahas mengenai apa yang dipelajari oleh ilmu sosiologi. Apa yang dipelajari sosiologi terhadap sifat-sifat manusia adalah pola-pola hubungan dalam masyarakat dan mencari pengertian-pengertian umum secara rasional dan empiris. Oleh karena itu, sosiologi umumnya mempelajari gejala-gejala atau fenomena masyarakat dan kebudayaannya yang normal atau teratur. Dengan kata lain gejala sosial merupakan segala sesuatu yang dibuat maupun dilakukan oleh manusia dalam lingkungan kehidupannya
Sebagai kumpulan makhluk yang dinamis, masyarakat cenderung untuk melakukan perubahan sehingga tidak selamanya gejala-gejala itu tetap dalam keadaan yang normal. 
bentuk-bentuk realitas sosial dalam sosiologi.
a.       Masyarakat
b         Organisasi Sosial
b.       Interaksi sosial
c.       Dinamika Sosial
·         Beberapa konsep yang berhubungan dengan dinamika sosial adalah sebagai berikut:
·         1)      Mobilitas Sosial
·         Mobilitas sosial atau gerak sosial didefinisikan sebagai perpindahan orang atau kelompok dari strata sosial ke strata yang lain dan dari satu lapisan ke lapisan sosial lain. Dengan kata lain, seseorang mengalami perubahan kedudukan (status) sosial dari suatu lapisan ke lapisan lain, baik menjadi lebih tinggi atau menjadi lebih rendah dari sebelumnya atau hanya berpindah peran tanpa mengalami perubahan kedudukan. Dengan demikian, perpindahan ini memiliki dua arah, yaitu ke arah atas (mobilitas vertikal naik) dan ke arah bawah (mobilitas vertikal turun).
·         2)      Penyimpangan Sosial
·         Baik dalam proses maupun hasil dari perubahan, tidak selamanya sesuai dengan hal yang diinginkan masyarakat atau terjadi penyimpangan. Penyimpangan sosial merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang  yang perilaku tersebut dianggap sebagai hal yang tercela dan di luar batas toleransi.
·         3)      Pengendalian Sosial
·         Pengendalian sosial atau disebut pula “pengawasan sosial” yaitu segenap cara dan proses yang ditempuh oleh masyarakat sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai dengan harapan masyarakat itu sendiri. Sikap dan perilaku tiap individu bisa diselaraskan dengan sikap sosial atau kesepakatan yang ada dalam masyarakat.
·          
e.       Sosialisasi
f.       Nilai dan Norma

     






Tidak ada komentar:

Posting Komentar