Kamis, 26 Maret 2020

PERDAMAIAN DAN INTEGRASI ATAU KOHESI SOSIAL

Pertemuan ke 3
kelas 11 IPS 2
Materi                                

                                    PERDAMAIAN  DAN INTEGRASI ATAU  KOHESI SOSIAL


Proses integrasi dapat dilihat melalui proses-proses berikut:
1.Proses Interaksi
Proses interaksi merupakan proses paling awal untuk membangun suatu kerja sama dengan ditandai adanya kecenderungan-kecenderungan positif yang dapat melahirkan aktivitas bersama.
2.Proses Identifikasi
Proses interaksi dapat berlanjut menjadi proses identifikasi manakala masing-masing pihak dapat menerima dan memahami keberadaan pihak lain seutuhnya. Pada dasarnya, proses identifikasi adalah proses untuk memahami sifat dan keberadaan orang lain.
3.Kerjasama (Kooperation)
Menurut Charles H Cooley mengatakan bahwa kerja sama timbul apa bila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerja sama,kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting dalam kerja sama yang berguna.
4.Proses Akomodasi
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan,sehingga lawan tersebut kehilangan kepribadiannya
5.Proses Asimilasi
Asimilasi merupakan suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
6.Proses Integrasi
Proses integrasi merupakan proses penyesuaian antar unsur masyarakat yang berbeda hingga membentuk suatu keserasian fungsi dalam kehidupan. Dalam integrasi sosial, terdapat kesamaan pola pikir, gerak langkah, tujuan dan orientasi serta keserasian fungsi dalam kehidupan. Adanya hal ini dapat mewujudkan keteraturan sosial dalam masyarakat.
faktor-faktor yang memengaruhi proses integrasi sosial adalah:
  1. tercapainya suatu konsensus mengenai nilai-nilai dan norma-norma sosial;
  2. norma-norma yang berlaku konsisten dan tidak berubah-ubah;
  3. adanya tujuan bersama yang hendak dicapai;
  4. anggota masyarakatnya merasa saling bergantung dalam mengisi kebutuhan-kebutuhannya;
  5. dilatarbelakangi oleh adanya konflik dalam suatu kelompok.
Integrasi sosial juga dapat terwujud karena adanya keteraturan sosial. Adapun faktor-faktor yang memengaruhi keteraturan sosial; antara lain pengendalian sosial dan wewenang, adat istiadat, norma hukum, prestise, dan kepemimpinan.

REINTEGRASI SOSIAL

Pengertian Reintegrasi Sosial
Reintegrasi sosial adalah sebagian upaya untuk membangun kembali kepercayaan, modal sosial, dan kohesi sosial. Proses ini bukanlah proses yang mudah. Proses ini cukup sulit dan memakan waktu yang lama
Disintegrasi atau disorganisasi adalah perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dapat membuat pudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam masyarakat
Dalam reintegrasi sosial sarana mengendalikan konflik sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang berkonflik dengan tujuan untuk menetralkan ketegangan-ketegangan yang timbul dari dampak konflik. Contohnya:

  1. Melalui  kompromi antara perwakilan
  2. Yang berkonflik melakukan perdamaian dan menyadari kesalahan-kesalahan tindakan yang telah diperbuatnya

   



                                  Kohesi Sosial Anak Muda sebagai Pencegah Konflik Bangsa




Anak  muda adalah tiang penyangga kohesi sosial. Karena mereka yang gelisah, secara perlahan-lahan memperbaiki tatanan sosial yang makin tak terduga dan anomali.

Generasi muda, terutama milenial, telah merayakan kebebasan dan keberagaman yang mereka adopsi dari seluruh dunia. Banyak negara sedang berupaya mengoptimalisasi potensi anak muda dengan memompa rasa nasionalisme di benak identitas kesukuan mereka masing-masing.

Tidak terkecuali di Indonesia. Anak-anak muda merupakan bagian penting bagi perjalanan bangsa. Mulai dari era revolusi, reformasi, hingga industri .

Namun, di tengah gempuran informasi dan pengetahuan instan, ada baiknya generasi muda, melirik kembali sejarah tentang perjalanan bangsa ini, yang berapi-api, kadangkala pilu. Bangsa Indonesia pernah ditempa praktik kolonialisme, pemerintah diktaktor, genosida politik, krisis ekonomi, konflik bernuansa sentimen suku, ras, agama, dan antargolongan (SARA), yang kesemuanya memakan korban nyawa manusia. Malahan, di antara pelakunya adalah anak muda, juga korban yang tak lain adalah sebayanya.
Sementara, zaman bergerak maju. Akan tetapi generasi muda hari ini, terkesan makin abai dengan sejarah bahwa Indonesia dibangun oleh harapan dan pengorbanan banyak orang. Bukan dibangun dengan “like” dan “share” ala media sosial.

Pemahaman ini menjadi penting untuk membantu anak muda mengetahui bahwa segala bentuk penindasan, ketiadakadilan, diskriminasi, marjinalisasi, stigmanisasi berserta tindakan pembusukan lainnya, walaupun kecil, tetap saja bersifat destruktif.
Pada titik yang paling ekstrem, bahkan membunuh manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.

Pahitnya kerusuhan dan bagaimana mencegahnya

Mari renungi pahitnya kerusuhan Sampit, konflik Poso, pertikaian Ambon, serta momentum kelam lainnya. Nyatanya, saling bantai antarmanusia dan adu senjata bukanlah jalan keluar menyelesaikan masalah. Hal itu, hanya menumpahkan darah dan meninggalkan tulang belulang tanpa arti.

Menjaga persatuan dan perdamaian adalah proses yang perlu dijaga generasi muda dengan cara-cara baik, juga beradab. Setiap anak muda Indonesia merupakan pihak-pihak yang membentuk
Kaum muda, terlepas dari embel-embel generasi milenial maupun Gen Z, semuanya berkewajiban menjadi agen kohesi sosial, menjaga komitmen untuk menekan perselisihan, dan mencegah fragmentasi masyarakat.
Ada dua pendekatan untuk menjamin kohesi sosial di tengah masyarakat melalui quality of life approach dan acces to right approach. Yang pertama, dengan mengevaluasi indikator kualitas ekonomi, hubungan sosial, dan kebebasan politik di tengah masyarakat. Kedua, menganalisa cara masyarakat dalam mendapatkan seluruh hak-haknya sebagai warga negara maupun individu.

Dua pendekatan ini, diharapkan bisa meminimalisir “ketimpangan-ketimpangan” yang berpotensi meringkus kohesi sosial.

Kohesi sosial tidak dapat dicapai hanya melalui undang-undang dan peraturan pemerintah. Kohesi sosial terbentuk karena jejaring sosial; individu merasa menjadi bagian dan menintegrasikan diri pada komunitas bersama, yakni bekerjasama untuk mencapai satu tujuan.
Memulai bersama

Cara memulai semuanya adalah dengan mendorong anak muda memposisikan diri sebagai kolaborator utama dalam pembangunan sosial. Tekniknya, membudayakan ekosistem kerja sama yang inklusif, pada komunitas maupun organisasi masing-masing. Lantaran, organisasi dan komunitas anak muda tidak hanya menjadi ruang aktualisasi diri, tetapi juga menjadi tempat bagi tumbuh kembang kohesi sosial, pada tingkat lokal, nasional, bahkan internasional.

Melalui pengalaman anak muda berorganisasi dan berkomunitas, mereka akan siap untuk menyembuhkan berbagai patologi sosial yang mulai menjangkiti masyarakat kita.
Dengan demikian, pemerintah, swasta, dan organisasi masyarakat sipil berkewajiban menanamkan visi dan niat baik mereka kedalam organisasi dan komunitas kepemudaan.
 Di luar itu, perusahaan media arus utama perlu turun tangan mempromosikan kohesi sosial melalui program, pertunjukan, pesan dan film agar membangun pemahaman bersama untuk hidup bersama. Di saat yang sama, media sosial memiliki pengaruh besar pada pandangan anak-anak muda dalam mendefinisikan diri dengan dunia sekitarnya.

Media sosial menjadi lapangan bermain anak muda, sekaligus membentuk kehidupan sehari-hari mereka. Maka dari itu, menjadi penting bagi setiap pihak, mendorong anak muda untuk menggunakan media sosial sebagai platform yang memperkuat kohesi sosial, bukan malah sebaliknya.
Melalui media sosial, para pemimpin bangsa dan para pejabat negara di tingkat pusat maupun daerah dapat berkomunikasi dengan anak muda, mencari aspirasi mereka untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial dengan bersama-sama.

Di banyak negara, kohesi sosial telah terbukti menjadi faktor positif bagi pembangunan inklusif untuk kesejahteraan warga dan pembangunan kepemudaan jangka panjang. Karena masyarakat yang kohesi sosialnya tinggi akan stabil secara politik dan cenderung berorientasi pada pertumbuhan dan pemerataan ekonomi.

Tujuannya implisit kohesi sosial, meningkatkan kualitas hidup dan menciptakan ruang “layak huni” bagi semua orang, sebuah tujuan yang menantang. Dengan demikian, merawat kohesi sosial berarti siap berjuang tanpa henti, karena harus dibangun bertahun-tahun lamanya.

Semua ini perlu dilakukan bersama, dan dibiasakan oleh generasi muda. Agar persoalan seperti kontroversi video-video provokatif dan rasis tidak akan memiliki dampak dan tempat lagi. Sampah media sosial, jangan sampai mengoyak urat nadi bangsa berulang kali.[]
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar