Pertemuan ke 1`
Kelas 12 IPS 1
Materi
Arti
Penting Perencanaan Program Pemberdayaan Masyarakat
Perencanaan
program pemberdayaan sangat penting untuk dilakukan demi keberhasilan program
tersebut. Beberapa alasan yang melatarbelakangi diperlukannnya perencanaan
program tersebut, antara lain ;
1. Memberikan
acuan dalam mempertimbangkan secara seksama tentang apa yang harus dilakukan
dan bagaimana cara melaksanakannya,
2. Tersedianya
acuan tertulis yang dapat digunakan oleh masyarakat (umum),
3. Sebagai
pedoman pengambilan keputusan terhadap adanya usul/saran penyempurnaan yang
“baru”,
4. Memantapkan
tujuan-tujuan yang inin dan harus dicapai, yang perkembangannya dapat diukur
dan dievaluasi,
5. Memberikan
peringatan yang jelas terhadap pilihan tentang :
a. Kepentigan
dari maslaah-masalah (yang dinilai menuntut perlunya revisi program)
b. Pemantapan
dari perubahan-perubahan sementara (jika memang diperlukan revisi terhadap
program)
6. Mencegah
keselaratan dari tujuan akhir, mengembangkan kebutuhan-kebutuhan yang dirasakan
maupun tidak dirasakan
7. Memberikan
kelangsungan dalam diri personal selama proses perubahan berlangsung,
artinyasetiap personel yang terlibat dalam pelaksanaan dan evaluasi program
selalu merasakan perlunya kontinuitas program sampai tercapainya tujuan yang
diharapkan.
8. Membantu
mengembangkan kepemimpinan
9. Menghindarkan
pemborosan sumberdaya (tenaga, biaya, dan waktu), dan merangsang efisiensi pada
umumnya.
10. Menjamin
kelayakan kegiatan yang dilakukan didalam masyarakat dan yang dilaksanakan
sendiri oleh masyarakat setempat.
Jika dilihat dari proses
operasionalisasinya, maka ide pemberdayaan memiliki dua kecenderungan, antara
lain : pertama, kecenderungan primer, yaitu kecenderungan proses yang
memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan, atau kemampuan
(power) kepada masyarakat atau individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat
dilengkapi pula dengan upaya membangun asset material guna mendukung
pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi; dan kedua, kecenderungan
sekunder, yaitu kecenderungan yang menekankan pada proses memberikan stimulasi,
mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan
untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Dua
kecenderungan tersebut memberikan (pada titik ekstrem) seolah berseberangan,
namun seringkali untuk mewujudkan kecenderungan primer harus melalui
kecenderungan sekunder terlebih dahulu (Sumodiningrat, Gunawan, 2002).
Pemberdayaan masyarakat
adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial. Konsep
ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni yang bersifat “people
centred, participatory, empowering, and sustainable” (Chambers, 1995).
Konsep ini lebih luas dari hanya semata-mata memenuhi kebutuhan dasar (basic
needs) atau menyediakan mekanisme untuk mencegah proses pemiskinan lebih lanjut
(safety net), yang pemikirannya belakangan ini banyak dikembangkan sebagai
upaya mencari alternatif terhadap konsep-konsep pertumbuhan di masa yang lalu.
Konsep ini berkembang dari upaya banyak ahli dan praktisi untuk mencari apa
yang antara lain oleh Friedman (1992) disebut sebagai alternative development,
yang menghendaki ‘inclusive democracy, appropriate economic growth, gender
equality and intergenerational equaty”.(Kartasasmita, Ginanjar 1997).
Dalam upaya memberdayakan
masyarakat dapat dilihat dari tiga sisi, yaitu
(Sumodiningrat, Gunawan, 2002) ;
1. menciptakan
suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling).
Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap
masyarakat, memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya, tidak ada
masyarakat yang sama sekali tanpa daya, karena jika demikian akan sudah punah.
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong,
memotivasikan, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkannya.
2. memperkuat
potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam rangka
ini diperlukan langkah-langkah lebih positif, selain dari hanya menciptakan iklim
dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut
penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai
peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya.
Pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat, tetapi
juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja
keras, hemat, keterbukaan, dan kebertanggungjawaban adalah bagian pokok dari
upaya pemberdayaan ini. Demikian pula pembaharuan institusi-institusi sosial
dan pengintegrasiannya ke dalam kegiatan pembangunan serta peranan masyarakat
di dalamnya. Yang terpenting disini adalah peningkatan partisipasi rakyat dalam
proses pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya. Oleh karena
itu, pemberdayaan masyarakat amat erat kaitannya dengan pemantapan,
pembudayaan, pengamalan demokrasi.
3. memberdayakan
mengandung pula arti melindungi. Dalam proses pemberdayaan, harus dicegah yang
lemah menjadi bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaan dalam menghadapi
yang kuat. Oleh karena itu, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat
mendasar sifatnya dalam konsep pemberdayaan masyarakat. Melindungi tidak
berarti mengisolasi atau menutupi dari interaksi, karena hal itu justru akan
mengerdilkan yang kecil dan melunglaikan yang lemah. Melindungi harus dilihat
sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang, serta
eksploitasi yang kuat atas yang lemah. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat
masyarakat menjadi makin tergantung pada berbagai program pemberian (charity).
Karena, pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha
sendiri (yang hasilnya dapat dipertikarkan dengan pihak lain). Dengan demikian
tujuan akhirnya adalah memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun
kemampuan untuk memajukan diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara
berkesinambungan.
Pendekatan utama dalam
konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat
tidak dijadikan objek dari berbagai proyek
pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri.
Berdasarkan konsep demikian, maka
pemberdayaan masyarakat harus mengikuti
pendekatan sebagai berikut (Sumodiningrat, Gunawan, 2002) ; pertama,
upaya itu harus terarah. Ini yang secara populer disebut pemihakan.Upaya ini
ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan program yang dirancang untuk
mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhannya. Kedua, program ini
harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang
menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai
beberapa tujuan, yakni agar bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan
kehendakdan mengenali kemampuan serta kebutuhan mereka.
Selain itu, sekaligus
meningkatkan kemampuan masyarakat dengan pengalaman dalam merancang,
melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan
ekonominya. Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena secara
sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalahmasalah yang
dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas jika penanganannya
dilakukan secara individu. Pendekatan kelompok ini paling efektif dan dilihat
dari penggunaan sumber daya juga lebih efisien.
Materi yang diajarkan cukup memberikan pengetahuan maupun cara belajarnya sangat tepat dalam memberikan pemaparan materi yang luas
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus