Kelas 10 IPS 3
Materi PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
Sejarah perkembangan sosiologi abad 19
Sejarah perkembangan sosiologi yang sering diajarkan adalah sosiologi sebagai ilmu pengetahuan modern yang saintifik atau ilmiah. Istilah ilmiah sendiri baru muncul pada abad pencerahan di perancis. Pencerahan memiliki konotasi rasional dan empiris. Ilmu pengetahuan bersifat rasional ketika berasal dari pikiran manusia, bukan metafisik dan teologis. Ilmu pengetahuan bersifat empiris ketika bisa dicercap oleh indra untuk diuji kebenarannya. Maka sosiologi sebagai ilmu pengetahuan ilmiah adalah sosiologi yang rasional dan empiris.
Sebagai ilmu pengetahuan sosial yang rasional dan empiris, sosiologi berusia relatif lebih muda ketibang ilmu sosial lainnya. Auguste Comte, tokoh intelektual Perancis dalam bukunya ”Course de philosophie positive” (1838) mencetuskan istilah sosiologi yang saat itu memiliki konotasi fisika sosial. Hukum tiga tahap yang dielaborasikan Comte menegaskan bahwa sosiologi atau fisika sosial adalah ilmu yang berada pada tahap positif. Positif artinya rasional, empiris, dan bisa diteliti dengan hukum-hukum ilmiah seperti pada ilmu alam. Berada di tahap positif artinya meninggalkan unsur teologis dan metafisis. Dengan demikiran sejarah perkembangan sosiologi modern pada awal mula ditemukannya adalah ilmu pengetahuan yang positif. Metodologinya mengikuti hukum-hukum dalam ilmu alam oleh karena itu dinamakan fisika sosial.
Pada tahun 1876, intelektual Inggris Herbert Spencer menulis buku pertama yang menggunakan istilah ’sosiologi’ di judulnya ”Principle of Sociology”. Spencer adalah orang yang percaya pada teori evolusi Darwin. Ia menerapkan hukum evolusi biologi pada sosiologi. Spencer mengenalkan teori besar tentang evolusi sosial yang diterima secara luas beberapa tahun kemudian. Pada tahun 1883, intelektual Amerika Lester F. Ward menulis buku berjudul ”Dynamic Sociology”. Buku tersebut dianggap sebagai buku pertama tentang desain tindakan sosial yang harus dilakukan masyarakat untuk menuju kemajuan. Berikutnya, pada 1895, Email Durkheim menerangkan secara detail metodologi ilmiah sosiologi dalam bukunya ”The Rules of Sociological Mehod”.
Sosiologi berkembang pesat di Eropa Barat pada abad 19. Perkembangan tersebut banyak dipengaruhi oleh Revolusi Politik dan Revolusi Industri yang mengubah tatanan kehidupan sosial secara dramatis. Minat kaum intelektual untuk mengetahui perubahan sosial masyarakat saat itu menjadi poin penting dalam sejarah perkembangan sosiologi. Salah satu tokoh berpengaruh dalam sosiologi adalah intelektual Inggris Karl Marx. Marx tidak pernah mengklaim dirinya secara spesifik sebagai sosiolog. Ia studi dampak politik ekonomi dari perubahan sosial di Eropa. Teorinya tentang perjuangan kelas memengaruhi perkembangan teori sosiologi bahkan sampai hari ini. Teori-teori Marx melahirkan aliran Marxisme dalam sosiologi. Perubahan sosial, dengan demikian menjadi faktor utama kelahiran sosiologi sebagai ilmu pengetahuan modern.
Sejarah perkembangan sosiologi abad 20
Memasuki abad 20, terjadi ’migrasi tradisi ilmiah’ sosiologi dari Eropa Barat ke Amerika Serikat. Sosiologi pada abad 20 berkembang pesat di Amerika Serikat. Perlu diperhatikan pula konteks Amerika Serikat pada abad awal 20. Saat itu, industrialisasi dan urbanisasi terjadi secara besar-besaran di perkotaan di Amerika Serikat. Akibat dari industrialisasi ini adalah perubahan sosial dengan ekskalasi yang besar. Masyarakat desa dan kota terlihat mencolok perbedaannya. Kondisi demikian memantik kaum intelektual Amerika untuk mengkaji gejala-gejala sosial yang timbul akibat perubahan sosial. Sosiologi menjadi salah satu studi ilmu sosial yang paling diminati.
Sejarah perkembangan sosiologi di Amerika Serikat pada periode sebelum Perang Dunia pertama sampai dengan kisaran 1930an didominasi oleh aliran Chicago School dengan tokoh utamanya Albion W. Small, yang sekaligus menjadi inisiator jurnal sosiologi paling prestisius di dunia sampai saat ini, American Journal of Sociology. Pada fase berikutnya, perkembangan Chicago School melahirkan tokoh besar Pitrim Sorokin yang banyak berkontribusi memperluas aspek metodologi sosiologi. Sejumlah ahli sosiologi pasca Ward muncul di Amerika Serikat, antara lain: W. I. Thomas, Robert E. Park, Charles Horton Cooley, George Herbert Mead, Jane Addams, Charlotte Perkins Gilman, Anna Julia Cooper, Marianne Webber, Beatrice Potter Webb, dan W. E. B. du Bois.
Perlu ditegaskan pula di sini, migrasi tradisi ilmiah sosiologi ke Amerika Serikat tidak lantas membuat sejarah perkembangan sosiologi di Eropa Barat berhenti. Intelektual Jerman Max Weber mengkritik metode ilmiah sosiologi yang muncul pada abad 19. Weber berpendapat, metode ilmu alam tidak relevan diterapkan pada ilmu sosial. Ilmu sosial menjadikan manusia sebagai subjeknya, sehingga terkandung unsur subjektivitas dalam ilmu sosial. Hal ini berbeda dengan ilmu alam yang mengedepankan unsur objektivitas. Weber mengusulkan, alih-alih menjadikan masyarakat sebagai objek penelitian, sosiologi seharusnya meneliti tindakan-tindakan sosial yang bersifat subjektif.
Secara kontras, unsur objektivitas sosiologi justru berkembang di Amerika Serikat melalui karya tokoh besar Talcott Parsons. Pada 1937 Parsons menerbitkan buku ”The Structure of Social Action” yang secara signifikan berpengaruh pada perkembangan teori sosiologi. Parsons banyak dipengaruhi oleh Dukheim dan Weber, tanpa menaruh perhatian sama sekali pada Marx. Interpretasinya terhadap masyarakat Amerika Serikat mempengaruhi perkembangan teori sosiologi Amerika beberapa tahun kemudian. Implikasinya, teori Marxisme terkekslusi dari legitimasi ilmiah sosiologi Amerika. Parsons banyak mengelaborasikan teori fungsionalisme struktural dalam menganalisis sistem sosial. Sosiologi yang berkembang di Amerika pada periode Parsonian adalah sosiologi makro.
Perdebatan antara objektivitas-subjektivitas, agensi-struktur, dan mikro-makro dalam sosiologi berlangsung sejak abad 20 sampai hari ini. Sejumlah aliran pemikiran ekstrem yang condong pada subjektivitas mengkritik keras sosiologi pada awal berdirinya. Sosiologi positivistik yang dicetus oleh Comte belakangan mulai ditinggalkan. Salah satu aliran pemikiran paling keras yang mengkritik sosiologi Comte adalah The Frankfurt School, yang terdiri dari intelektual kritis dari Jerman. The Frankfurt School menapaki periode popularitasnya pada pertengahan abad 20. Kritik paling pedas yang dilontarkan adalah sosiologi positivistik tidak berkontribusi apa-apa pada sejarah manusia karena mengabaikan aspek transformatif dan emansipatoris yang seharusnya menjadi agenda sosiologi. Ilmu sosial tidak bisa netral, melainkan harus berpihak cita-cita transformasi sosial.
penugasan !
Bagaimana menurut Pendapat Mu ,Tentang Perkembangan Sosiologi .Jelaskan.
"SELAMAT MENGERJAKAN '
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusallhamdulilah saya paham bu :))))
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusNama: Mutia Az Zahra
BalasHapusKelas : X IPS 3
SOSIOLOGI DAN FUNGSINYA
Sebagai ilmu pengetahuan sosial yang rasional dan empiris, sosiologi berusia relatif lebih muda ketibang ilmu sosial lainnya. Auguste Comte, tokoh intelektual Perancis dalam bukunya ”Course de philosophie positive” (1838) mencetuskan istilah sosiologi yang saat itu memiliki konotasi fisika sosial. Hukum tiga tahap yang dielaborasikan Comte menegaskan bahwa sosiologi atau fisika sosial adalah ilmu yang berada pada tahap positif. Positif artinya rasional, empiris, dan bisa diteliti dengan hukum-hukum ilmiah seperti pada ilmu alam. Berada di tahap positif artinya meninggalkan unsur teologis dan metafisis.