Pertemuan ke
4
KD1 -4.1
Jumlah
Pertemuan 4 X 3 JP
Materi : Konsep Dasar Sosiologi Untuk Mengkaji Gejala
Sosial
Kls X IPS 2
Materi :
BAHAN AJAR SOSIOLOGI
KELAS X
KOMPETENSI DASAR
|
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
|
3.1
Memahami
pengetahuan dasar Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang berfungsi untuk
mengkaji gejala sosial di masyarakat.
|
3.1.1.
Mengidentifikasi
konsep dasar sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji gejala sosial yang ada di
masyarakat
3.1.2
Menjelaskan
Teori dan objek kajian sosiologi sebagai sebuah ilmu pengetahuan
3.1.3.
Menyimpulkan
hakikat sosiologi sebagai ilmu
3.1.4.
Merumuskan
fungsi sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji gejala sosial di masyarakat
|
4.1.
Menalar
suatu gejala sosial di lingkungan sekitar dengan menggunakan pengetahuan
sosiologis.
|
4.1.1.
Mengamati
dan mendiskusikan berbagai gejala sosial yang ada di masyarakat dari sudut
pandang sosiologi
4.1.2.
Mempresentasikan
hasil pengamatan tentang berbagai gejala sosial yang ada di masyarakat
|
A. Konsep Dasar Sosiologi
1. Pengertian Sosiologi
2. Teori Sosiologi
3. Objek Kajian Sosiologi
4. Hakikat Sosiologi Sebagai Ilmu
5. Hubungan Sosiologi dan Gejala Sosial
B. Fungsi dan Manfaat Sosiologi Sebagai Ilmu yang Mengkaji
A. Konsep Dasar Sosiologi
1. Pengertian Sosiologi
Apa itu sosiologi? Setelah
merenungkan mengenai kerja bakti yang ada di lingkungan masyarakat serta
tindakan tolong menolong antar masyarakat membuat kita sedikit mengetahui
mengenai sosiologi. Pernahkah terlintas dibenak kalian ketika manusia hanya
hidup sendiri tanpa ada orang lain disekitarnya, apa yang akan terjadi? Ya
tentunya akan sangat sulit ketika kita hidup sendiri tanpa bantuan dan tanpa
adanya interaksi dengan orang lain. Manusia itu adalah mahluk yang unik karena
berbeda satu sama lain, bahkan manusia yang memiliki kembar identikpun pasti
memiliki perbedaan, baik perbedaan fisik, perilaku, kemampuan, dan lain
sebainya.
Pernahkah kamu berpikir
mengapa setiap orang mempunyai perilaku yang berbeda-beda? Mengapa orang
melakukan hubungan dengan orang lain? Jika kita mau melihat masyarakat lebih
kritis, terdapat tingkatan-tingkatan di dalamnya. Inilah sosiologi. Dengan kata
lain, asal mula terbentuknya sosiologi atas dasar keinginan untuk memahami
manusia itu sendiri dari segi sosialnya (masyarakat). Istilah sosiologi berasal
dari bahasa Latin, yaitu dari kata sociusdan logos (Soerjono Soekanto: 1990). Socius artinya teman atau kawan dapat juga diartikan
sebagai pergaulan hidup manusia atau masyarakat dan logos artinya berbicara,
mengajar atau ilmu. Dengan demikian, secara sederhana sosiologi berarti ilmu
tentang hubungan antarteman. Secara umum, sosiologi adalah ilmu tentang masyarakat.
sosiologi diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari interaksi manusia di dalam masyarakat.
Sosiologi bermaksud untuk mengkaji
kejadian-kejadian dalam masyarakat, yaitu persekutuan manusia yang selanjutnya
berusaha untuk mendatangkan perbaikan dalam kehidupan bersama.
Istilah sosiologi pertama
kali digunakan Auguste Comte untuk mempelajari keadaan masyarakat Eropa pada
saat itu.
Sosiologi sebagai ilmu
mulai dikenal sejak abad ke-19 dengan melepaskan diri dari filsafat. Sosiologi
adalah ilmu yang mempelajari hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki
ikatan-ikatan antarmanusia dalam kehidupan. Sosiologi mencoba mengerti sifat
dan maksud hidup bersama, cara terbentuk, tumbuh, dan berubahnya
kumpulan-kumpulan manusia yang hidup bersama itu, serta kepercayaan, keyakinan
yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu dalam tiap
persekutuan hidup manusia.
sosiologi merupakan ilmu masyarakat atau ilmu
kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota golongan atau
masyarakat (tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan atau
masyarakat), serta ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agama,
tingkah laku, dan kesenian atau kebudayaan masyarakat tersebut.
Teori – Teori
Sosiologi
a.Auguste Comte
Auguste Comte.
Auguste Comte (nama
panjangnya Isidore Marie Auguste François Xavier Comte) lahir pada tanggal 19 januari 1798 di Kota Montpellier di
Perancis Selatan (Pickering, 1993: 7).
sosiologi merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga
sosial.
Sebagai social dynamics, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari
perkembangan lembaga-lembaga sosial yang ada di tengah tengah masyarakat.
Tahap-tahap
pemikiran manusia menurut August
Comte yaitu :
1) Tahap teologis
Pada tahap teologis ini,
manusia percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam terdapat kuasa-kuasa
adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala alam. Kuasa-kuasa ini
dianggap sebagai makhluk yang memiliki rasio dan kehendak seperti manusia. Tetapi
orang percaya bahwa mereka berada pada tingkatan lebih tinggi dari pada
makhluk-makhluk selain insani. Pada tahap ini masyarakat mempercayai kekuatan
Tuhan, Roh, dan Dewa-Dewa
Contoh: Sebagaian masyarakat
Indonesia masih percaya denagan kekuatan-kakuatan ghaib. Misalnya kepercayaan
masyarakat jawa akan Nyi Roro Kidul dan penunggu Gunung Merapi.
2) Tahap metafisis
Pada tahap ini pengetahuan
manusia berdasar pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip abstrak yang
menggantikan kedudukan kuasa-kuasa adikodrati. Tahap ini bisa juga disebut
sebagai tahap transisi dari pemikiran Comte. Tahapan ini sebenarnya hanya
merupakan varian dari cara berpikir teologis, karena di dalam tahap ini
dewa-dewa hanya diganti dengan kekuatan-kekuatan abstrak, dengan pengertian
atau dengan benda-benda lahiriah, yang kemudian dipersatukan dalam sesuatu yang
bersifat umum, yang disebut dengan alam. Terjemahan metafisis dari monoteisme
itu misalnya terdapat dalam pendapat bahwa semua kekuatan kosmis dapat
disimpulkan dalam konsep “alam”, sebagai asal mula semua gejala.
Pada tahap metafisik manusia
mempercayai kekuatan alam tanpa pembuktian Ilmiah Manusia belum berusaha untuk
mencari sebab dan akibat gejala-gejala.
Contoh: percaya kepada batu
besar, pohon, dan lain sebagainya
3) Tahap positif
Tahap positifis yaitu tahap
dimana pengetahuan manusia berdasar atas fakta-fakta. Pengetahuan positif
adalah pengetahuan tertinggi kebenarannya yang dicapai manusia. Pada tahap ini
manusia telah sanggup untuk berfikir secara ilmiah. Pada tahap ini
berkembanglah ilmu pengetahuan.
b. Herbert Spencer
b. Herbert Spencer
Tokoh selanjutnya yang akan
kita bahas adalah Herbert Spencer. Spencer lahir pada 27 April 1820 di kota
kecil Derbyshire, Midland, Inggris. Sebagai anak tunggal seorang guru sekolah. Herbert Spencer, mengetengahkan
sebuah teori tentang “evolusi sosial”, yang hingga kini masih dianut walaupun
di sana-sini ada perubahan. Iamenerapkan secara analog teori Darwin mengenai
“teori evolusi” terhadap masyarakatmanusia. la yakin bahwa masyarakat mengalami
evolusi dari masyarakat primitif kemasyarakat industri.
b. Herbert Spencer
Tokoh selanjutnya yang akan
kita bahas adalah Herbert Spencer. Spencer lahir pada 27 April 1820 di kota
kecil Derbyshire, Midland, Inggris. Sebagai anak tunggal seorang guru sekolah. Herbert Spencer, mengetengahkan
sebuah teori tentang “evolusi sosial”, yang hingga kini masih dianut walaupun
di sana-sini ada perubahan. Iamenerapkan secara analog teori Darwin mengenai
“teori evolusi” terhadap masyarakatmanusia. la yakin bahwa masyarakat mengalami
evolusi dari masyarakat primitif kemasyarakat industri.
Soekanto (1990:484-485)
mendefinisikan evolusi sebagai serentetan perubahan kecil secara pelan-pelan
dan kumulatif yang terjadi dengan sendirinya dan memerlukan waktu lama. Evolusi
dalam masyarakat adalah serentetan perubahan yang terjadi karena usaha-usaha
masyarakat tersebut untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan
kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Perubahan ini
tidak harus sejalan dengan rentetan peristiwa di dalam sejarah masyarakat
yang bersangkutan.
Menurut Soekanto
(1990:345-347), teori tentang evolusi dapat dikategorikan dalam tiga
kategori:
1) Unilinear theories of evolution.
Teori ini berpendapat bahwa
manusia dan masyarakat (termasuk kebudayaannya) mengalami perkembangan
melalui tahapan tertentu, mulai dari bentuk sederhana menuju ke yang lebih
kompleks (madya dan modern) dan akhirnya menjadi sempurna (industrial, sekuler).
Pelopor teori ini antara lain adalah August Comte dan Herbert Spencer.
Variasi teori ini adalah Cyclical
theoriesyang dipelopori oleh Vilfredo
Pareto dengan mengatakan bahwa masyarakat dan kebudayaan mempunyai tahap-tahap
perkembangan yang merupakan lingkaran yang pada tahap tertentu dapat dilalui
berulang-ulang. Pendukung teori ini adalah Pitirim A. Sorokin yang mengemukakan
teori dinamika sosial dan kebudayaan. Menurut Sorokin, masyarakat berkembang
melalui tahap kepercayaan, tahap kedua dasarnya adalah indera manusia, dan
tahap terakhir dasarnya adalah kebenaran.
2) Universal theory of evolution.
Teori ini menyatakan bahwa
perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap perkembangan tertentu
yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu.
Spencer mengemukakan prinsip-prinsipnya yaitu antara lain mengatakan bahwa
masyarakat merupakan hasil perkembangan sifat maupun susunannya dari
kelompok homogen ke kelompok yang heterogen.
3) Multilined theories of evolution.
Teori ini lebih menekankan pada
penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap perkembangan tertentu dalam evolusi
masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian tentang pengaruh sistem mata
pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian kekeluargaan dalam
masyarakat.
Tahap-tahap dalam proses
evolusi sosial dengan tipe-tipe masyarakat, dibagi oleh Spencer menjadi tiga
bagian sebagai berikut.
1) Tipe Masyarakat Primitif
Pada masyarakat primitif dikatakan bahwa belum ada diferensiasi dan spesialisasi fungsional. Pembagian kerja masih sedikit. Hubungan kekuasaan belum jelas terlihat. Masyarakat dengan tipe ini sangat tergantung kepada lingkungan. Kerja sama sudah terjadi dengan spontan dan didukung oleh hubungan kekeluargaan.
2) Tipe Masyarakat Militan
Pada masyarakat militan ini,
heterogenitas sudah mulai meningkat karena bertambahnya jumlah penduduk atau
karena penaklukan. Hal yang penting ialah koordinasi tugas-tugas yang
dikhususkan, dilakukan dengan paksaan. Cara ini memerlukan sistem-sistem atau bagian-bagian
yang dapat mengatur dirinya sendiri. Kerja sama yang tidak sukarela ini dijamin
keberlangsungannya oleh seorang pemimpin, kemudian oleh negara secara nasional.
Pengendalian oleh negara terbatas pada produksi, distribusi, dan pada
bidang-bidang kehidupan.
3) Tipe Masyarakat Industri
Pada masyarakat industri
bercirikan suatu tingkat kompleksitas yang sangat tinggi, yang tidak lagi
dikendalikan oleh kekuasaan negara. Sebagai penggantinya masyarakat
mengendalikan diri sendiri, seperti hak menentukan diri sendiri, kerja sama
sukarela, dan keseimbangan berbagai kepentingan. Kondisi ini mengakibatkan
individualisasi yang ditandai dengan berkurangnya campur tangan pemerintah
daerah.
. C. Emile Durkheim
Durkheim, sosiologi adalah
ilmu yang mempelajari fakta sosial. Tahukah kamu apakah fakta sosial itu? Fakta
sosial adalah setiap cara bertindak yang telah baku ataupun tidak, yang dapat
melakukan pemaksaan terhadap individu. Fakta sosial bersifat eksternal terhadap
individu. Fakta sosial bisa berupa cara bertindak, berpikir, dan berperasaan
yang memperlihatkan ciri-ciri tertentu yang berada di luar kesadaran individu.
Fakta sosial bersifat umum, dalam arti tersebar merata dan menjadi milik
kolektif, bukan sekadar hasil penjumlahan beberapa fakta individu.
Contohnya hukum, adat
istiadat, dan cara berpakaian.
Durkheim membagi tipe bunuh diri ke dalam 4 macam :
1) Bunuh diri Egoistis
Tingginya angka bunuh diri
egoitis dapat ditemukan dalam masyarakat atau kelompok dimana individu tidak
berinteraksi dengan baik dalam unit sosial yang luas . Lemahnya integrasi ini
melahirkan perasaan bahwa individu bukan bagian dari masyarakat ,
2) Bunuh Diri Altruistis
Terjadi ketika intergrasi
sosial yang sangat kuat, secara harfiah dapat di katakan individu terpaksa
melakukan bunuh diri. Salah satu contohnya adalah bunuh diri massal dari
pengikut pendeta Jim Jones di jonestown, Guyana pada tahun 1978. Contoh lain
bunuh diri di jepang (harakiri).
3) Bunuh Diri Anomic
Bunuh diri ini terjadi ketika
kekuatan regulasi masyarakat terganggu. Gangguan tersebut mungkin akan membuat
individu merasa tidak puas karena lemahnya kontrol terhadap nafsu mereka, yang
akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak pernah puas terhadap kesenangan.
Bunuh diri ini terjadi ketika menempatkan orang dalam situasi normal lama tidak
berlaku lagi sementara norma baru di kembangkan (tidak ada pegangan hidup).
4) Bunuh Diri Fatalistis
Bunuh diri ini terjadi ketika
regulasi meningkat. Durkheim menggambarkan seseorang yang mau melakukan bunuh
diri ini seperti seseorang yang masa depannya telah tertutup dan nafsu yang
tertahan oleh disiplin yang menindas. Contoh: perbudakan.
D Max Weber
Max Weber juga mengemukakan teori verstehenyang sangat terkenal. Baginya,
sosiologi adalah ilmu yang memiliki kelebihan daripadailmuan alam. Kelebihan tersebut terletak pada kemampuan
sosiolog untuk memahami fenomena sosial, sementara ilmuan alam tidak dapat
memperoleh pemahaman serupa tentang perilaku atom atau ikatan kimia. Kata
pemahaman dalam bahasa Jerman adalahverstehen.
e. Karl Marx
teorinya mengenai kelas
sosial yang tertuang dalam tulisannya yang berjudul The Communist Manifest yang
ditulis bersama Friedrich Engels. Marx berpandangan bahwa sejarah masyarakat
manusia merupakan sejarah perjuangan kelas. Menurut Marx perkembangan pembagian
kerja dalam kapitalisme menumbuhkan dua kelas yang berbeda, yaitu kelas borjuis
(majikan) terdiri dari orang-orang yang menguasai alat produksi dan kelas
proletar (buruh) yang tidak memiliki alat produksi dan modal sehingga menjadi
kelas yang dieksploitasi oleh kelas borjuis (majikan). Menurut Marx, suatu saat
kelas proletar akan menyadari kepentingan bersama dengan melakukan
pemberontakan dan menciptakan masyarakat tanpa kelas. Meskipun ramalan Marx
tidak pernah terwujud tetapi pemikiran tentang stratifikasi dan konflik sosial
tetap berpengaruh terhadap pemikiran perkembangan sosiologi khususnya terkait
dengan kapitalisme.
Objek Kajian Sosiologi
Sebagai bagian dari ilmu
sosial, objek sosiologi adalah masyarakat yang dilihat dari hubungan antarmanusia dan
proses yang timbul akibat dari hubungan tersebut. Fokus utama sosiologi dari
objek masyarakat tersebut adalah gejala, proses pembentukan, serta
mempertahankan kehidupan masyarakat, juga proses runtuhnya sistem hubungan
antarmanusia. Dengan demikian, objek sosiologi terbagi atas dua kategori, yaitu
objek material dan objek formal.
Objek material sosiologi adalah
kehidupan sosial manusia dan gejala serta proses hubungan antarmanusia yang
memengaruhi hubungan sosial dalam kesatuan hidup manusia. Objek formalnya
meliputi:
a. pengertian tentang sikap dan tindakan manusia
terhadap lingkungan hidup manusia dalam kehidupan sosialnya melalui penjelasan
ilmiah;
b. meningkatkan keharmonisan dalam hidup
bermasyarakat;
c. meningkatkan kerja sama antarmanusia.
Hakikat
Sosiologi Sebagai Ilmu
Apabila kita berbicara mengenai
ilmu pengetahuan, apa yang terlintas dalam pikiranmu? Suatu mata pelajaran. Memang tidak dapat dipungkiri
dari sekian banyak mata pelajaran yang kita pelajari di sekolah adalah ilmu pengetahuan.
Ini berarti ilmu pengetahuan yang ada di dunia jumlahnya sangat banyak. Lantas, dari sekian
banyak ilmu pengetahuan yang berkembang, bagaimana kita mempelajarinya? Para
ahli telah memikirkan semua itu, sehingga dibuatlah pengelompokan ilmu
pengetahuan. Pengelompokan tersebut secara umum yaitu ilmu pengetahuan yang
didasarkan atas objek atau bidang kajian dan didasarkan pada tujuan
pengkajiannya. Ilmu pengatahuan yang didasarkan atas objek atau bidang kajian
antara lain, ilmu pengetahuan alam (natural sciences), ilmu pengetahuan sosial (social
sciences),dan ilmu pengetahuan budaya (humanistics study). Sementara Ilmu pengatahuan yang didasarkan
pada tujuan pengkajiannya dikelompokkan menjadi ilmu murni (pure sciences)dan ilmu terapan
(applied sciences).
(applied sciences).
Menurut para ahli, syarat ilmu pengetahuan
adalah sebagai berikut:
a. Kumpulan pengetahuan (knowledge).
b. Tersusun secara sistematis.
c. Menggunakan pemikiran (logis dan rasional).
d. Terbuka terhadap kritik (objektif).
karakteristik (ciri-ciri)
keilmuan sosiologi sebagai berikut:
a. Sosiologi bersifat empiris, artinya sosiologi
itu mendasarkan diri pada observasi dan penalaran, bukan atas dasar wahyu atau
hasil spekulasi.
b. Sosiologi bersifat teoritis, artinya sosiologi
berusaha memberi ikhtisar (summary) yang menunjukkan hubungan pernyataan atau proporsi-proporsi
secara logis.
c. Sosiologi bersifat kumulatif, artinya
teori-teori sosiologi dibangun atas dasar teori yang sudah ada. Teori-teori
baru yang lebih besar dan luas, pada dasarnya merupakan penyempurnaan teori-teori
yang sudah ada.
d. Sosiologi bersifat nonetis, artinya sosiologi
bukan ajaran tentang tata susila. Para sosiolog tidak membicarakan apakah suatu
tingkah laku sosial itu baik atau buruk. Tugas seorang sosiolog adalah
mengungkap atau menerangkan tindakan sosial sebagai fakta sosial.
Sifat hakikat
sosiologi sebagai berikut:
a. Sosiologi merupakan ilmu sosial bukan
merupakan ilmu pengetahuan alam ataupun ilmu pengetahuan kerohanian.
b. Sosiologi bersifat kategoris dan bukan
normatif, artinya sosiologi membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan
bukan mengenai apa yang terjadi atau seharusnya.
c. Sosiologi merupakan ilmu murni dan bukan
merupakan ilmu pengetahuan terapan.
Hubungan Sosiologi dan Gejala Sosial
(Realitas Sosial)
Tahukah kalian apa hubungan
antara sosiologi dengan gejala sosial? Kalian pasti bertanya-tanya apa itu
gejala sosial? Sebelum kita membahas mengenai gejala sosial, terlebih dahulu
kita akan membahas mengenai apa yang dipelajari oleh ilmu sosiologi. Apa yang
dipelajari sosiologi terhadap sifat-sifat manusia adalah pola-pola hubungan
dalam masyarakat dan mencari pengertian-pengertian umum secara rasional dan
empiris. Oleh karena itu, sosiologi umumnya mempelajari gejala-gejala atau
fenomena masyarakat dan kebudayaannya yang normal atau teratur. Dengan kata
lain gejala sosial merupakan segala sesuatu yang dibuat maupun dilakukan oleh
manusia dalam lingkungan kehidupannya
Sebagai kumpulan makhluk yang
dinamis, masyarakat cenderung untuk melakukan perubahan sehingga tidak
selamanya gejala-gejala itu tetap dalam keadaan yang normal.
bentuk-bentuk realitas sosial
dalam sosiologi.
a. Masyarakat
b Organisasi
Sosial
b. Interaksi sosial
c. Dinamika Sosial
·
Beberapa
konsep yang berhubungan dengan dinamika sosial adalah sebagai berikut:
·
1) Mobilitas Sosial
·
Mobilitas sosial atau gerak
sosial didefinisikan sebagai perpindahan orang atau kelompok dari strata sosial
ke strata yang lain dan dari satu lapisan ke lapisan sosial lain. Dengan kata
lain, seseorang mengalami perubahan kedudukan (status) sosial dari suatu
lapisan ke lapisan lain, baik menjadi lebih tinggi atau menjadi lebih rendah
dari sebelumnya atau hanya berpindah peran tanpa mengalami perubahan kedudukan.
Dengan demikian, perpindahan ini memiliki dua arah, yaitu ke arah atas
(mobilitas vertikal naik) dan ke arah bawah (mobilitas vertikal turun).
·
2) Penyimpangan Sosial
·
Baik dalam proses maupun hasil
dari perubahan, tidak selamanya sesuai dengan hal yang diinginkan masyarakat
atau terjadi penyimpangan. Penyimpangan sosial merupakan perilaku yang oleh
sejumlah besar orang yang perilaku tersebut dianggap sebagai hal
yang tercela dan di luar batas toleransi.
·
3) Pengendalian Sosial
·
Pengendalian sosial atau
disebut pula “pengawasan sosial” yaitu segenap cara dan proses yang ditempuh
oleh masyarakat sehingga para anggotanya dapat bertindak sesuai dengan harapan
masyarakat itu sendiri. Sikap dan perilaku tiap individu bisa diselaraskan
dengan sikap sosial atau kesepakatan yang ada dalam masyarakat.
·
e. Sosialisasi
f. Nilai
dan Norma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar