Pertemuan ke 2
Kelas 11 IPS 2
Materi Pemetaan
Konflik
Pemetaan Konflik (conflict mapping) Konflik adalah suatu hubungan
antara dua pihak atau lebih (baik individu maupun kelompok) yang memiliki, atau
mereka mengira memiliki, tujuan-tujuan yang incompatible. ... Dengan demikian, konflik
merupakan suatu fenomena yang kompleks.
Pemetaan Konflik (conflict mapping)
Pemetaan
konflik merupakan hal yang sangat penting dalam upaya penyelesaian konflik. Ada
beberapa pendapat ahli terkait pemetaan konflik seperti Fisher (2001), Miall,
Romsbotham dan Wood (2003), Coser (1957), wehr dan Bartos (2003) dan Amr
Abdalla (2002),
Menurut Fisher,
pemetaan konflik memberi gambaran awal mengenai berbagai sikap, perilaku dan
situasi yang berkembang dalam dinamika konflik. Pemetaan konflik ini meliputi
pemetaan pihak berkonflik dan berbagai aspirasi dari pihak-pihak yang ada.
Pemetaan merupakan suatu teknik yang digunakan untuk menggambarkan konflik
secara grafis, menghubungkan pihak-pihak dengan masalah dan dengan pihak
lainnya. Ketika masyarakat yang memiliki sudut pandang berbeda memetakan situasi
mereka secara bersama, mereka saling memperlajari pengalaman dan pandangan
masing-masing.
Sementara
itu, Miall, Romsbotham dan Wood memetakan konflik berdasarkan pihak-pihak yang
terkait konflik dan persoalan-persoalan terkait pula. Ada beberapa pertanyaan
yang diajukan dalam melakukan pemetaan model ini, yaitu:
a. Siapa yang
menjadi inti pihak terkait ? Apa subkelompok internal mereka dan pada apa
mereka bergantung ?
b. Apa yang
menjadi persoalan konflik ? Apa mungkin membedakan antar posisi, kepentingan
(kepentingan materi, nilai, hubungan), dan kebutuhan ?
c. Apa hubungan
antara pihak-pihak yang terkait ? Apakah ada ketidaksimetrisan kualitatif dan
kuantitatif ?
d. Apa persepsi
penyebab dan sifat konflik di antara pihak-pihak yang bertikai?
e. Apa perilaku
pihak-pihak bertikai akhir-akhir ini ? (Apakah konflik dalam fase eskalasi atau
fase deeskalasi) ?
f. Siapa
pemimpin pihak-pihak yang bertikai ? Pada tingakt elit atau individu ? Apa
tujuan, kebijakan, kepentingan, kekuatan, dan kelemahan relatif mereka ?
Sementara
itu, Wehr dan Bartos dalam Susan (2009) juga mengemukakan teknik pemetaan
konflik sebagai berikut:
a. Specify the
context. Langkah pertma, seseorang yang melakukan pemetaan konflik
harus menelusuri informa mengenai sejarah konflik dan bentuk fisik dan tata
organisasi yang berkonflik. Konflik bisa berada pada berbagai konteks seperti,
politik negara, keluarga, perusahaan, dan komunitas etnis serta agama.
b. Identify the
parties. Dalam hal ini seorang pemeta konflik harus mengidentifikasi
pihak-pihak yang terkait konflik. Ada pihak utama dan pihak sekunder. Pihak
utama adalah mereka yang menggunakan tindakan koersif dan memiliki arah
kepentingan dari hasil konflik. Sedangkan pihak sekunder merupakan pihak yang
memiliki kepentingan tidak langsung terhadap hasil konflik.
c. Separates
causes from consequences. Pada tahap ini, seorang pemeta
konflik harus memisahkan apa yang menjadi sebab akar konflik dan akibat-akibat
sampingan dari konflik. Contoh, sebab konflik suami-istri adalah masalah
ekonomi.
d.
Separate goals from interest goals.
Tapah ini menghendaki agar dilakukan pemisahan tujuan dan kepentingan konflik,
misalnya pada kasus Aceh, Pemerintah Indonesia meminta agar GAM meletakkan
senjata agar tidak perlu ada kekerasan. Sementara GAM berharap agar setelah
konflik maka GAM bisa merdeka.
e. Undestand the
dynamics. Dalam hal ini, harus dipahami betul tentang dinamika konflik
yang mencakup situasi-situasi sebagai bentukan dari berbagai model tindak para
pihak yang berkonflik.
f. Search
for positive functions. Pada tahap ini, perlu ditemukan
bentuk-bentuk perilaku yang bisa mengarah pada penyelesaian konflik.
g. Understand the
regulation potentials. Hal ini terkait dengan
potensi-potensi hukum yang ada dimana regulasi tersebut bisa mengintervensi
atau mengawasi proses konflik.
Melengkapi
teknik-teknik pemetaan ini, adalah penting untuk memperhatikan teknik pemetaan
konflik multidisipliner yang dikenal dengan singkatan SIPABIO (Amr Abdalla,
2002 dalam Susan, 2009), sebagai berikut:
a. Source (sumber
koflik).
b. Issues (isu-isu).
c. Parties (pihak-pihak
yang berkonflik).
d. Attitude/feelings
(sikap; perasaan dan persepsi).
e. Behavior (perilaku/tindakan).
f. Intervention(intervensi/campurtanganpihaklain).
g. Outcome (hasil akhir/dampak dari konflik).
g. Outcome (hasil akhir/dampak dari konflik).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar