kelas 11 IPS 2
Materi
PERDAMAIAN DAN INTEGRASI ATAU KOHESI SOSIAL
1.Proses Interaksi
Proses interaksi merupakan proses paling awal
untuk membangun suatu kerja sama dengan ditandai adanya kecenderungan-kecenderungan
positif yang dapat melahirkan aktivitas bersama.
2.Proses Identifikasi
Proses interaksi dapat berlanjut menjadi proses
identifikasi manakala masing-masing pihak dapat menerima dan memahami
keberadaan pihak lain seutuhnya. Pada dasarnya, proses identifikasi adalah
proses untuk memahami sifat dan keberadaan orang lain.
3.Kerjasama (Kooperation)
Menurut Charles H Cooley mengatakan bahwa kerja
sama timbul apa bila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan tersebut melalui kerja sama,kesadaran akan adanya
kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta
yang penting dalam kerja sama yang berguna.
4.Proses Akomodasi
Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk
menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan,sehingga lawan
tersebut kehilangan kepribadiannya
5.Proses Asimilasi
Asimilasi merupakan suatu proses sosial dalam
taraf kelanjutan yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi
perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau
kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi
kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan
kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
6.Proses
Integrasi
Proses
integrasi merupakan proses penyesuaian antar unsur masyarakat yang berbeda
hingga membentuk suatu keserasian fungsi dalam kehidupan. Dalam integrasi
sosial, terdapat kesamaan pola pikir, gerak langkah, tujuan dan orientasi serta
keserasian fungsi dalam kehidupan. Adanya hal ini dapat mewujudkan keteraturan
sosial dalam masyarakat.
faktor-faktor
yang memengaruhi proses integrasi sosial adalah:
- tercapainya suatu konsensus mengenai nilai-nilai dan norma-norma sosial;
- norma-norma yang berlaku konsisten dan tidak berubah-ubah;
- adanya tujuan bersama yang hendak dicapai;
- anggota masyarakatnya merasa saling bergantung dalam mengisi kebutuhan-kebutuhannya;
- dilatarbelakangi oleh adanya konflik dalam suatu kelompok.
Integrasi
sosial juga dapat terwujud karena adanya keteraturan sosial. Adapun
faktor-faktor yang memengaruhi keteraturan sosial; antara lain pengendalian
sosial dan wewenang, adat istiadat, norma hukum, prestise, dan kepemimpinan.
REINTEGRASI
SOSIAL
Pengertian
Reintegrasi Sosial
Reintegrasi
sosial adalah sebagian upaya untuk membangun kembali kepercayaan, modal sosial,
dan kohesi sosial. Proses ini bukanlah proses yang mudah. Proses ini cukup
sulit dan memakan waktu yang lama
Disintegrasi
atau disorganisasi adalah perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan dapat membuat pudarnya norma-norma dan nilai-nilai dalam
masyarakat
Dalam
reintegrasi sosial sarana mengendalikan konflik sangat dibutuhkan oleh
masyarakat yang berkonflik dengan tujuan untuk menetralkan
ketegangan-ketegangan yang timbul dari dampak konflik. Contohnya:
- Melalui kompromi antara perwakilan
- Yang berkonflik melakukan perdamaian dan menyadari kesalahan-kesalahan tindakan yang telah diperbuatnya
Kohesi Sosial Anak Muda sebagai Pencegah Konflik Bangsa
Anak muda adalah tiang
penyangga kohesi sosial. Karena mereka yang gelisah, secara perlahan-lahan
memperbaiki tatanan sosial yang makin tak terduga dan anomali.
Generasi muda, terutama milenial, telah merayakan kebebasan dan keberagaman yang mereka adopsi dari seluruh dunia. Banyak negara sedang berupaya mengoptimalisasi potensi anak muda dengan memompa rasa nasionalisme di benak identitas kesukuan mereka masing-masing.
Tidak terkecuali di Indonesia. Anak-anak muda merupakan bagian penting bagi perjalanan bangsa. Mulai dari era revolusi, reformasi, hingga industri .
Generasi muda, terutama milenial, telah merayakan kebebasan dan keberagaman yang mereka adopsi dari seluruh dunia. Banyak negara sedang berupaya mengoptimalisasi potensi anak muda dengan memompa rasa nasionalisme di benak identitas kesukuan mereka masing-masing.
Tidak terkecuali di Indonesia. Anak-anak muda merupakan bagian penting bagi perjalanan bangsa. Mulai dari era revolusi, reformasi, hingga industri .
Namun, di tengah gempuran informasi dan pengetahuan instan, ada baiknya generasi muda, melirik kembali sejarah tentang perjalanan bangsa ini, yang berapi-api, kadangkala pilu. Bangsa Indonesia pernah ditempa praktik kolonialisme, pemerintah diktaktor, genosida politik, krisis ekonomi, konflik bernuansa sentimen suku, ras, agama, dan antargolongan (SARA), yang kesemuanya memakan korban nyawa manusia. Malahan, di antara pelakunya adalah anak muda, juga korban yang tak lain adalah sebayanya.
Sementara, zaman bergerak maju.
Akan tetapi generasi muda hari ini, terkesan makin abai dengan sejarah bahwa
Indonesia dibangun oleh harapan dan pengorbanan banyak orang. Bukan dibangun
dengan “like” dan “share” ala media sosial.
Pemahaman ini menjadi penting untuk membantu anak muda mengetahui bahwa segala bentuk penindasan, ketiadakadilan, diskriminasi, marjinalisasi, stigmanisasi berserta tindakan pembusukan lainnya, walaupun kecil, tetap saja bersifat destruktif.
Pemahaman ini menjadi penting untuk membantu anak muda mengetahui bahwa segala bentuk penindasan, ketiadakadilan, diskriminasi, marjinalisasi, stigmanisasi berserta tindakan pembusukan lainnya, walaupun kecil, tetap saja bersifat destruktif.
Pada titik yang paling ekstrem,
bahkan membunuh manusia dan nilai-nilai kemanusiaan.
Pahitnya kerusuhan dan bagaimana mencegahnya
Mari renungi pahitnya kerusuhan Sampit, konflik Poso, pertikaian Ambon, serta momentum kelam lainnya. Nyatanya, saling bantai antarmanusia dan adu senjata bukanlah jalan keluar menyelesaikan masalah. Hal itu, hanya menumpahkan darah dan meninggalkan tulang belulang tanpa arti.
Menjaga persatuan dan perdamaian adalah proses yang perlu dijaga generasi muda dengan cara-cara baik, juga beradab. Setiap anak muda Indonesia merupakan pihak-pihak yang membentuk
Pahitnya kerusuhan dan bagaimana mencegahnya
Mari renungi pahitnya kerusuhan Sampit, konflik Poso, pertikaian Ambon, serta momentum kelam lainnya. Nyatanya, saling bantai antarmanusia dan adu senjata bukanlah jalan keluar menyelesaikan masalah. Hal itu, hanya menumpahkan darah dan meninggalkan tulang belulang tanpa arti.
Menjaga persatuan dan perdamaian adalah proses yang perlu dijaga generasi muda dengan cara-cara baik, juga beradab. Setiap anak muda Indonesia merupakan pihak-pihak yang membentuk
Kaum
muda, terlepas dari embel-embel generasi milenial maupun Gen Z, semuanya
berkewajiban menjadi agen kohesi sosial, menjaga komitmen untuk menekan
perselisihan, dan mencegah fragmentasi masyarakat.
Ada dua pendekatan untuk menjamin
kohesi sosial di tengah masyarakat melalui quality of life approach dan
acces to right approach. Yang pertama, dengan
mengevaluasi indikator kualitas ekonomi, hubungan sosial, dan kebebasan politik
di tengah masyarakat. Kedua, menganalisa
cara masyarakat dalam mendapatkan seluruh hak-haknya sebagai warga negara
maupun individu.
Dua pendekatan ini, diharapkan bisa meminimalisir “ketimpangan-ketimpangan” yang berpotensi meringkus kohesi sosial.
Kohesi sosial tidak dapat dicapai hanya melalui undang-undang dan peraturan pemerintah. Kohesi sosial terbentuk karena jejaring sosial; individu merasa menjadi bagian dan menintegrasikan diri pada komunitas bersama, yakni bekerjasama untuk mencapai satu tujuan.
Dua pendekatan ini, diharapkan bisa meminimalisir “ketimpangan-ketimpangan” yang berpotensi meringkus kohesi sosial.
Kohesi sosial tidak dapat dicapai hanya melalui undang-undang dan peraturan pemerintah. Kohesi sosial terbentuk karena jejaring sosial; individu merasa menjadi bagian dan menintegrasikan diri pada komunitas bersama, yakni bekerjasama untuk mencapai satu tujuan.
Memulai
bersama
Cara memulai semuanya adalah dengan mendorong anak muda memposisikan diri sebagai kolaborator utama dalam pembangunan sosial. Tekniknya, membudayakan ekosistem kerja sama yang inklusif, pada komunitas maupun organisasi masing-masing. Lantaran, organisasi dan komunitas anak muda tidak hanya menjadi ruang aktualisasi diri, tetapi juga menjadi tempat bagi tumbuh kembang kohesi sosial, pada tingkat lokal, nasional, bahkan internasional.
Melalui pengalaman anak muda berorganisasi dan berkomunitas, mereka akan siap untuk menyembuhkan berbagai patologi sosial yang mulai menjangkiti masyarakat kita.
Dengan demikian, pemerintah, swasta, dan organisasi masyarakat sipil berkewajiban menanamkan visi dan niat baik mereka kedalam organisasi dan komunitas kepemudaan.
Di luar itu, perusahaan media arus utama perlu turun tangan mempromosikan kohesi sosial melalui program, pertunjukan, pesan dan film agar membangun pemahaman bersama untuk hidup bersama. Di saat yang sama, media sosial memiliki pengaruh besar pada pandangan anak-anak muda dalam mendefinisikan diri dengan dunia sekitarnya.
Media sosial menjadi lapangan bermain anak muda, sekaligus membentuk kehidupan sehari-hari mereka. Maka dari itu, menjadi penting bagi setiap pihak, mendorong anak muda untuk menggunakan media sosial sebagai platform yang memperkuat kohesi sosial, bukan malah sebaliknya.
Cara memulai semuanya adalah dengan mendorong anak muda memposisikan diri sebagai kolaborator utama dalam pembangunan sosial. Tekniknya, membudayakan ekosistem kerja sama yang inklusif, pada komunitas maupun organisasi masing-masing. Lantaran, organisasi dan komunitas anak muda tidak hanya menjadi ruang aktualisasi diri, tetapi juga menjadi tempat bagi tumbuh kembang kohesi sosial, pada tingkat lokal, nasional, bahkan internasional.
Melalui pengalaman anak muda berorganisasi dan berkomunitas, mereka akan siap untuk menyembuhkan berbagai patologi sosial yang mulai menjangkiti masyarakat kita.
Dengan demikian, pemerintah, swasta, dan organisasi masyarakat sipil berkewajiban menanamkan visi dan niat baik mereka kedalam organisasi dan komunitas kepemudaan.
Di luar itu, perusahaan media arus utama perlu turun tangan mempromosikan kohesi sosial melalui program, pertunjukan, pesan dan film agar membangun pemahaman bersama untuk hidup bersama. Di saat yang sama, media sosial memiliki pengaruh besar pada pandangan anak-anak muda dalam mendefinisikan diri dengan dunia sekitarnya.
Media sosial menjadi lapangan bermain anak muda, sekaligus membentuk kehidupan sehari-hari mereka. Maka dari itu, menjadi penting bagi setiap pihak, mendorong anak muda untuk menggunakan media sosial sebagai platform yang memperkuat kohesi sosial, bukan malah sebaliknya.
Melalui media sosial, para pemimpin
bangsa dan para pejabat negara di tingkat pusat maupun daerah dapat
berkomunikasi dengan anak muda, mencari aspirasi mereka untuk menyelesaikan masalah-masalah
sosial dengan bersama-sama.
Di banyak negara, kohesi sosial telah terbukti menjadi faktor positif bagi pembangunan inklusif untuk kesejahteraan warga dan pembangunan kepemudaan jangka panjang. Karena masyarakat yang kohesi sosialnya tinggi akan stabil secara politik dan cenderung berorientasi pada pertumbuhan dan pemerataan ekonomi.
Tujuannya implisit kohesi sosial, meningkatkan kualitas hidup dan menciptakan ruang “layak huni” bagi semua orang, sebuah tujuan yang menantang. Dengan demikian, merawat kohesi sosial berarti siap berjuang tanpa henti, karena harus dibangun bertahun-tahun lamanya.
Semua ini perlu dilakukan bersama, dan dibiasakan oleh generasi muda. Agar persoalan seperti kontroversi video-video provokatif dan rasis tidak akan memiliki dampak dan tempat lagi. Sampah media sosial, jangan sampai mengoyak urat nadi bangsa berulang kali.[]
Di banyak negara, kohesi sosial telah terbukti menjadi faktor positif bagi pembangunan inklusif untuk kesejahteraan warga dan pembangunan kepemudaan jangka panjang. Karena masyarakat yang kohesi sosialnya tinggi akan stabil secara politik dan cenderung berorientasi pada pertumbuhan dan pemerataan ekonomi.
Tujuannya implisit kohesi sosial, meningkatkan kualitas hidup dan menciptakan ruang “layak huni” bagi semua orang, sebuah tujuan yang menantang. Dengan demikian, merawat kohesi sosial berarti siap berjuang tanpa henti, karena harus dibangun bertahun-tahun lamanya.
Semua ini perlu dilakukan bersama, dan dibiasakan oleh generasi muda. Agar persoalan seperti kontroversi video-video provokatif dan rasis tidak akan memiliki dampak dan tempat lagi. Sampah media sosial, jangan sampai mengoyak urat nadi bangsa berulang kali.[]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar