Kelas 12 IPS 1
Materi
B . Prinsip-Prinsip Evaluasi Aksi Pemberdayaan Komunitas
1. Kegiatan evaluasi harus merupakan bagian integral yang tak
terpisahkan dari kegiatan perencanaan program artinya tujuan evaluasi harus
selaras dengan tujuan yang ingin dicapai yang telah dinyatakan dalam
perencanaan programnya.
2. Setiap evaluasi harus memenuhi persyaratan berikut
a. Objektif
b. Menggunakan pedoman tertentu yang telah dibakukan
(standarized)
c. Menggunakan metode pengumpulan data yang tepat dan teliti
d. Menggunakan alat ukur yang tepat (valid, sahih) dan dapat
dipercaya (teliti, reliable)
3. Setiap evaluasi harus menggunakan alat ukur yang berbeda
untuk mengukur tujuan evaluasi yang berbeda pula.
4. Evaluasi harus dinyatakan dalam bentuk data kuantitatif dan
uraian kualitatif
5. Evaluasi harus efektif dan efisien
C.
Kualifikasi Evaluasi Aksi
Pemberdayaan Komunitas Untuk memperoleh hasil evaluasi yang baik, setiap
evaluasi harus dilaksanakan agar memenuhi persyaratan berikut ini.
1. Memiliki tujuan jelas dan spesifik
2. Menggunakan instrumen yang tepat dan teliti
3. Memberikan gambaran jelas tentang perubahan perilaku
penerima manfaat
4. Evaluasi harus praktis
5. Objektif
. Pendekatan
dalam Pelaksanaan Evaluasi Aksi Pemberdayaan Komunitas
1. Pendekatan Kebutuhan, artinya harus sesuai dengan kebutuhan
masyarakat penerima manfaat
2. Pendekatan Informan Kunci (Key Informan), pengumpulan data
dibatasi pada informan kunci yang biasanya terdiri dari tokohtokoh masyarakat
setempat yang menguasai tentang kebutuhan dan halhal yang dirasakan oleh
masyarakat penerima manfaat
3. Pendekatan Forum Masyarakat
4. Pendekatan Indikator, dengan membatasi pada sejumlah
indikatorindikator yang strategis
5. Survei dan Sensus
E.
Pendekatan Sistem dalam Evaluasi
Pemberdayaan Komunitas Mengacu pada pengertian tentang pemberdayaan dan
analisis tentang pendidikan sebagai suatu sistem, kegiatan pemberdayaan dapat
dipandang sebagai suatu sistem pendidikan, yang terdiri atas,
1. Raw input atau bahan baku yang berupa penerima manfaat didik
atau masyarakat yang menjadi penerima manfaat pemberdayaan
2. Instrumen input, atau perlengkapan yang berupa: fasilitator,
materi pemberdayaan, metode pemberdayaan, dan keadaan kegiatan pemberdayaan
3. Environment input, atau lingkungan (sosial, ekonomi, budaya)
asal masyarakat yang menjadi penerima manfaat pemberdayaan
4. Proses pemberdayaan itu sendiri
5. Output atau hasil pemberdayaan yang berupa hasil langsung
(perubahan perilaku) dan hasil akhir (peningkatan produktivitas, pendapatan,
dan kesejahteraan masyarakat penerima manfaat)
Oleh karenanya diperlukan adanya
evaluasi yang diarahkan untuk mengevaluasi keseluruhan unsur (sub sistem) dari
sistem pemberdayaan itu,
a. Evaluasi kebijaksanaan (tujuan)
program
b. Evaluasi proses (belajarmengajar)
yang diprogramkan
c. Evaluasi logistik yang diperlukan
d. Evaluasi sistem pengawasan
F. Pendekatan dalam Pelaksanaan Pemantauan Aksi Pemberdayaan
Komunitas
Beberapa pendekatan yang dapat diterapkan
untuk melaksanakan pemantauan, yaitu
1. Penggunaan catatancatatan atau rekaman data, yaitu kegiatan
pemantauan yang dilakukan dengan membandingkan catatan jadwal kegiatan
(termasuk targettargetnya), dengan informasi yang dapat dikumpulkan selama
pelaksanaan program.
2. Survei terhadap peserta program atau penerima manfaat dan
pemangku kepentingan yang lain.
3. Survei terhadap seluruh warga masyarakat, baik yang terlibat
langsung maupun tidak langsung dalam program pemberdayaan.
G. Pendekatan
dalam Evaluasi Dampak Program Aksi Pemberdayaan Komunitas Pelaksanaan evaluasi
terhadap dampak program bertujuan untuk menilai seberapa jauh tingkat
efektivitas program dan dampaknya terhadap masyarakat penerima manfaat, baik
yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program maupun tidak. Ada beberapa
pendekatan dalam evaluasi dampak program aksi pemberdayaan komunitas, yaitu:
1. Pendekatan Eksperimental, dengan merancang kegiatan evaluasi
sebagai suatu riset eksperimental
2. Pendekatan yang Berorientasi pada Tujuan (Goal Orientation
Approach), dilakukan dalam evaluasi keberhasilan atau ketercapaian tujuan kegiatan,
yang memfokuskan kepada indikatorindikator ketercapaian tujuan yang telah
ditetapkan.
3. Pendekatan yang Berfokus pada Keputusan (The Decision
Focused Approach), ditujukan untuk pengelola program, bagi pengambilan
keputusankeputusan yang terkait dengan keberlanjutan program (perbaikan,
pengembangan penghentian, dan lainlain)
4. Pendekatan yang Berorientasi pada Pemakai (The User Focused
Approach), mengutamakan pada penilaian tentang seberapa jauh tingkat korbanan
dan atau kemanfaatan program bagi penerima manfaat, baik dilihat yang terkait
dengan proses, hasil, maupun dampak kegiatannya
5. Pendekatan yang Responsive (The Responsive Approach), sangat
unik, karena evaluator harus mendengar informasi dari semua pemangku
kepentingan untuk kemudian melakukan analisis dan sintesis melalui beragam
sudut pandang yang dilatarbelakangi beragam kepentingan
6. Pendekatan yang Bebas Tujuan (Goal Free Approach),
pendekatan ini memberikan kebebasan untuk merumuskan tujuan dan metode evaluasinya.
H.
Model-Model Evaluasi Pemberdayaan
Komunitas Model adalah abstraksi suatu entitas di mana abstraksi adalah
penyederhanaan bentuk asli, dan entitas adalah suatu kenyataan atau keadaan
keseluruhan suatu benda, proses, ataupun kejadian (Yaya dan Nandang, 2009).
Dalam hubungan ini terdapat beragam model, yaitu:
1. Model fisik yaitu menggambarkan entitas dalam bentuk tiga
dimensi
2. Model naratif yaitu menggambarkan entitas dalam bentuk lisan
dan atau tulisan
3.
Model grafik menggambarkan entitas
dalam bentuk garis dan simbol
4. Model matematik yaitu menggambarkan entitas dengan
menggunakan rumusrumus persamaan tentang keterkaitan variabel
5. Model deskriptif, model ini menggambarkan situasi sebuah
sistem tanpa rekomendasi dan peramalan
6. Model prediktif, model ini menunjukkan apa yang akan
terjadi, bila sesuatu terjadi
7. Model normatif, model ini menyediakan jawaban terbaik
terhadap satu persoalan. Model ini memberi rekomendasi tindakantindakan yang
perlu diambil
8. Model ikonik, adalah model yang menirukan sistem aslinya,
tetapi dalam suatu skala tertentu
9. Model analog, adalah suatu model yang menirukan sistem
aslinya dengan hanya mengambil beberapa karakteristik utama dan menggambarkanya
dengan benda atau sistem lain secara analog
10. Model
simbolis, adalah suatu model yang menggambarkan sistem yang ditinjau dengan
simbolsimbol biasanya dengan simbolsimbol matematis
Pemberdayaan Komunitas untuk
Mengatasi Ketimpangan Sosial
1. Mengatasi ketimpangan sosial berdasarkan kearifan lokal,
pada dasarnya pemberdayaan komunitas untuk mengatasi ketimpangan sosial
berdasarkan kearifan lokal ini sudah dapat kita temukan di berbagai daerah,
contohnya budaya gotong royong dalam mendirikan rumah.
2. Mengatasi ketimpangan sosial berdasarkan kelestarian
lingkungan, kelestarian lingkungan perlu dijaga untuk mencegah terjadinya
ketimpangan sosial dalam suatu masyarakat. Kelestarian lingkungan alam yang
tidak dijaga akan mengakibatkan semakin berkurangnya sumber daya alam untuk
memenuhi kebutuhan hidup manusia
3. Mengatasi ketimpangan sosial berdasarkan pembangunan
berkelanjutan, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang berorientasi
pada pemenuhan kebutuhan manusia melalui pemanfaatan sumber daya alam secara
bijaksana, eifisen, dan memerhatikan keberlangsungan pemanfaatannya baik untuk
generasi masa kini maupun generasi yang akan datang.
J. Aksi Pemberdayaan Masyarakat
Sebagai Bentuk Kemandirian Dalam Menyikapi Ketimpangan Sosial
Tujuan
pemberdayaan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat terutama
dari kemiskinan dan keterbelakangan / kesenjangan / ketidakberdayaan.
Kemiskinan dapat dilihat dari indikator pemenuhan kebutuhan dasar yang belum
mencukupi / layak. Kebutuhan dasar itu, mencakup pangan, pakaian, papan, kesehatan,
pendidikan, dan transportasi. Sedangkan keterbelakangan, misalnya produktivitas
yang rendah, sumberdaya manusia yang lemah, terbatasnya akses pada tanah
padahal ketergantungan pada sektor pertanian masih sangat kuat, melemahnya
pasarpasarlokal / tradisional karena dipergunakan untuk memasok kebutuhan
perdagangan internasional.
Ada
beberapa strategi yang dapat menjadi pertimbangan untuk dipilih dan kemudian
diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu
1. menciptakan iklim,
2. memperkuat daya, dan
3. melindungi.
Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada
berbagai program pemberian (charity). Karena, pada dasarnya setiap apa yang
dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri (yang hasilnya dapat
dipertukarkan dengan pihak lain). Dengan demikian tujuan akhirnya adalah
memandirikan masyarakat, memampukan, dan membangun kemampuan untuk
memajukandiri ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan.
K.
Pemberdayaan
Masyarakat Berbasis Kearifan Lokal di Era Globalisasi
Secara umum local wisdom (kearifan setempat) dapat dipahami sebagai
gagasan-gagasan setempat (local) yang bersifat bijaksana, penuh kearifan,
bernilai baik, yang tertanam dan diikuti oleh anggota masyarakatnya, sehingga
hal tersebut dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal
budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau
peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu.
Pengertian di atas, disusun secara etimologi, di mana wisdom dipahami sebagai
kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau
bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang
terjadi. Sebagai sebuah istilah wisdom sering diartikan sebagai
‘kearifan/kebijaksanaan’. Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang eksplisit
yang muncul dari periode panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan
lingkungannya dalam sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama.
Mereka mempunyai pemahaman, program, kegiatan, pelaksanaan terkait untuk
mempertahankan, memperbaiki, mengembangkan unsur kebutuhan mereka, dengan
memperhatikan lingkungan dan sumber daya manusia yang terdapat pada warga
mereka. Masyarakat majemuk tanpa konflik jika dipahami secara sepintas
merupakan format kehidupan sosial yang mengedepankan semangat demokratis dan
menjunjung tinggi nilai-nilai hak asasi manusia. Dalam masyarakat majemuk
yang tanpa konflik, warga bekerjasama membangun ikatan sosial, jaringan
produktif dan solidaritas kemanusiaan yang bersifat non-govermental untuk
mencapai kebaikan bersama. Beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai
ukuran dalam mewujudkan tercapainya masyarakat majemuk tanpa konflik, yaitu:
1. terpeliharanya eksistensi agama atau
ajaran-ajaran yang ada dalam masyarakat;
2. terpelihara dan terjaminnya
keamanan,ketertiban, dan keselamatan;
3. tegaknya kebebasan berpikir yang
jernih dan sehat;
4. terbangunnya eksistensi kekeluargaan
yang tenang dan tenteram dengan penuh toleransi dan tenggang rasa e.
terbangunnya kondisi daerah yang demokratis, santun, beradab serta bermoral
tinggi; dan
5. terbangunnya profesionalisme
aparatur yang tinggi untuk mewujudkan tata pemerintahan yang baik, bersih
berwibawa dan bertanggung jawab.
Kemajemukan (pluralitas) dan keanekaragaman (heterogenitas atau diversitas)
masyarakat dan kebudayaan di Indonesia merupakan kenyataan sekaligus
keniscayaan, nilai asli masyarakat Indonesia adalah nilai yang di dalamnya
melekat dengan konsep multikultural, nilai-nilai seperti toleransi beragama,
agregasi sosial, kemajemukan kultural dan etnik, menjadi alasan mengapa para
pendiri bangsa ini memilih Pancasila dari pada pada ideologi bernuansa agama.
Strategi pemberdayaan masyarakat berbasis kearifan lokal di era globalisasi
yakni dengan memperkuat nilai-nilai dan norma-norma leluhur dari nenek moyang
yang ada di masyarakat agar terjaga utuh kearifan lokal; mempertahankan budaya
yang ada di masyarakat dengan bertindak secara rasional sebagai akibat dari
arus globalisasi; menyaring budaya dari luar (globalisasi) dengan menilai
baik buruknya pengaruh dalam bidang teknologi dan komunikasi, transportasi,
pengembangan media massa, perubahan gaya hidup, pendidikan, budaya, politik,
agama, hukum, dll. Salah satu indikator dari keberdayaan masyarakat
adalah kemampuan dan kebebasan untuk membuat pilihan yang terbaik dalam
menentukan atau memperbaiki kehidupannya.
Pada prinsipnya pemberdayaan bukan merupakan suatu program atau kegiatan yang
berdiri sendiri. Pemberdayaan merujuk pada serangkaian kegiatan yang bertujuan
untuk mengubah lebih dari satu aspek pada diri dan kehidupan seseorang atau
sekelompok orang agar mampu melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
membuat kehidupannya lebih baik dan sejahtera.
Penyampaian materi tentang Prinsip-Prinsip Evaluasi Aksi Pemberdayaan Komunitas sangat sempurna dan terlihat bermnafaat untuk peserta didik dalam proses KBM agar mereka bisa memahami maupun mendengarkan pembicaraan dari guru saat di kelas..
BalasHapus